Welcome to Arman`s Blog

Selasa, 28 Juni 2011

RELASI ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBUAH TINJAUAN AXIOLOGIS

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah disampaikan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Filsafat Ilmu, Relasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi ini. Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Filsafat Ilmu Win Ushuluddin Bernadien
Dengan penyajian makalah ini, diharapkan dapat memudahkan mahasiswa dalam mengikuti kuliah filsafat ilmu sehingga memiliki pengetahuan praktis mengenai hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu penyempurnaan. Oleh karena itu guna menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran yang konstruktif selalu diharapkan.

Jember, 26 Juni 2011
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat selain itu keduanya telah membantu kita dalam keseharian. Namun juga terkadang kita merasa resah karena keduanya.
Untuk itu kita perlu mempelajari dan mengetahui hubungan dan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup filsafat ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dengan teknologi?
2. Bagaimana dampak ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui hubungan ilmu pengetahuan dengan teknologi
2. untuk mengetahui dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Relasi antara ilmu pengetahuan dengan teknologi
Ilmu berasal dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya titik. Namun dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya antara science dan knowledge dalam bahasa inggris. Pengertian ilmu dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Pada dasarnya ilmu merupakan objek utama filsafat ilmu, dan atau ilmulah yang menjadi objek filsafat ilmu. secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
Menurut walker buckingham yang dimaksud denagn teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam seni industri dan karenanya, mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi tenaga kerja menurut keragaman kemampuan. Dari pengertian teknologi tersebut, terdapat kecenderungan bahwa teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian, bahwa penerapan itu menuju ke perbuatan atau perwujudan sesuatu.
Alvin toffler (1970) mengumpamakan teknologi sebagai mesin yang besar atau sebuah akselerator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualitatif, maka kian meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh mesin pengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi.
Menurut Dr. Amsal Bahtiar, hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah seperti tumbuhan atau tanaman, dimana ilmu merupakan pohon sedangkan teknologi merupakan buahnya. Jadi teknologi merupakan hasil perkembangan dari ilmu pengetahuan. Dengan demikian hubungan hubungan yang sangat erat ini, ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi perkembangan suatu teknologi. Semakin pesat perkembangan ilmu pengetahuan, semakin canggih pula teknologi yang dihasilkan.
B. Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu kewaktu sesungguhnya berjalan seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu. Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak pernah putus satu sama lain. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia mendapat sentuhan efek dari kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dampak positif dan dampak negative dari perkembanganteknologi dilihat dari berbagai bidang :


1. Bidang Informasi dan komunikasi

Dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari kemajuan dapat kita rasakan dampak positipnya antara lain:

a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet
b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone
c. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-lain

Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain:
a. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
b. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu
c. Kerahasiaan alat tes semakin terancam
Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet.
d. Kecemasan teknologi
Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer. Kerusakan komputer karena terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer inilah beberapa contoh stres yang terjadi karena teknologi. Rusaknya modem internet karena disambar petir.

2. Bidang Ekonomi dan Industri

Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2. Terjadinya industrialisasi
3. Produktifitas dunia industri semakin meningkat
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
4. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.

5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi

Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;
1. terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental "instant".

3. Bidang Sosial dan Budaya

a. Perbedaan kepribadian pria dan wanita.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.
Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.
b. Meningkatnya rasa percaya diri
Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
c. Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras

Meskipun demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negatip pada aspek budaya:
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi "kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani".
2. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
3. Pola interaksi antar manusia yang berubah
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.

3. Bidang Pendidikan

Teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang pendidikan antara lain:
1. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
2. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa dibuat abstrak.
3. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka
Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet dan lain-lain.
Disamping itu juga muncul dampak negatif dalam proses pendidikan antara lain:
1. Kerahasiaan alat tes semakin terancam
Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut.
2. Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
Kita tahu bahwa kemajuan di badang pendidikan juga mencetak generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contonya dengan ilmu komputer yang tingi maka orang akan berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain.

5. Bidang politik

1. Timbulnya kelas menengah baru
Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan, keterampilan serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan kelas menengah di negara-negera Barat. Dapat diramalkan, kelas menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
2. Proses regenerasi kepemimpinan.
Sudah barang tentu peralihan generasi kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya dan substansi politik yang diterapkan. Nafas kebebasan dan persamaan semakin kental.
3. Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan kesadaran regionalisme. Ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya kesadaran tersebut. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama ekonomi, sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi sulit dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana perkembangan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi kemajuan teknologi. Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang memungkinkan manusia melakukan aktivitasnya dengan mudah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang membuat banyak manusia khawatir bahkan takut tehadap dampak negatifnya yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik kehidupan materiil maupun spirituil.

DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil ; Filsafat ilmu pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta
Saebani, Beni ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi
http://vennieshella.blogspot.com/2011/03/dampak-teknologi-terhadap-kehidupan.html enyoh...

Sabtu, 21 Mei 2011

filsafat

RELASI ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
SEBUAH TINJAUAN AXIOLOGIS

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dengan teknologi?
2. Bagaimana dampak ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia?

B. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan dan teknologi sulit dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana perkembangan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi kemajuan teknologi. Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang memungkinkan manusia melakukan aktivitasnya dengan mudah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang membuat banyak manusia khawatir bahkan takut tehadap dampak negatifnya yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik kehidupan materiil maupun spirituil.

C. Daftar Pustaka
1. Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
2. Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil ; Filsafat ilmu pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta
3. Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta
4. Saebani, Beni ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia
enyoh...

Minggu, 24 April 2011

kt.pengantar

Aqidah bagi setiap muslim merupakan salah satu aspek ajaran Islam yang wajib diyakini. Dalam Al qur'an, aqidah disebut al-iman (percaya) yang sering digandengkan dengan al-amal shalih (perbuatan baik). Tampaknya kedua unsur ini menggambarkan suatu integritas dalam ajaran islam. Dasar-dasar aqidah islam telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui pewahyuan Al Qur'an dan kumpulan sabdanya untuk umat manusia. Generasi muslim awal binaan Rasulullah SAW telah meyakini dan menghayati aqidah ini meski belum diformulasikan sebagai ilmu lantaran rumusan tersebut belum diperlukan.

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memikirkan dengan logika tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawabanf i l s a f a t . Dasar-dasar aqidah yang termaktub dalam Al Qur'an dianalisa dan dibahas lebih lanjut dengan filsafat untuk mendapatkan keyakinan yang kokoh.Pembahasan tentang filsafat, terutama tentang filsafat islam akan dibahas dalam makalah ini. enyoh...

kesimpulan

Filsafat merupakan suatu hal yang dipelajari untuk memperoleh suatu kebenaran. Dasar-dasar aqidah yang termaktub dalam Al Qur'an juga dianalisa dan dibahas lebih lanjut dengan filsafat untuk mendapatkan keyakinan yang kokoh. Ajaran filsafat berdasar akal fikiran manusia, sedangkan agama berdasarkan wahyu. Meskipun jalan yang ditempuh agama dan filsafat berbeda, namun tujannya sama yaitu mendapat kebenaran yang hakiki.
Akal manusia itu nisbi. Tidak seluruh persoalan dapat diatasinya. Hendaknya dalam berfikir dan berperilaku, Al Qur'an dijadikan tolak ukur utama dalam menilai benar atau tidaknya keyakinan. Karena Al Qur'an pulalah yang dapat membawa manusia pada kebenaran yang hakiki. enyoh...

filsafat dan agama

istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.

Perbedaan tersebut menimbulkan konflik berkepan-jangan antara orang yang cenderung berfikir filosofis dengan orang yang berfikir agamis, pada hal filsafat dan agama mempunyai fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk menelusuri seluk-beluk filsafat dan agama secara mendalam perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan agama dan filsafat itu.



A. Pengertian Filsafat

Salah satu kebiasaan dunia pene-litian dan keilmuan, berfungsi bahwa penemuan konsep tentang sesuatu ber-awal dari pengetahuan tentang satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan itu dipilah-pilah, dikelompokkan ber-dasarkan persamaan, perbedaan, ciri-ciri ter-tentu dan sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverivi-kasi itulah orang merumuskan definisi tentang sesuatu itu.

Dalam sejarah perkembangan pemikirian manusia, filsafat juga bukan diawali dari definisi, tetapi diawali dengan kegiatan berfikir tentang segala sesuatu secara mendalam.[1] Orang yang berfikir tentang segala sesuatu itu tidak semuanya merumuskan definisi dari sesuatu yang dia teliti, termasuk juga pengkajian tentang filsafat.

Jadi ada benarnya Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan "lebih baik pengertian filsafat itu tidak dibica-rakan lebih dahulu. Jika orang telah banyak membaca filsafat ia akan mengerti sendiri apa filsafat itu.[2] Namun demikian definisi filsafat bukan berarti tidak diperlukan. Bagi orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlu-kan, terutama untuk memahami pemikiran orang lain.

Dengan demikian, timbul pertanyaan siapa yang pertama sekali memakai istilah filsafat dan siapa yang merumuskan definisinya. Yang merumuskan definisinya adalah orang yang datang belakangan. Penggunaan kata filsafat pertama sekali adalah Pytagoras sebagai reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menama-kan dirinya orang bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu pengetahuan. Dalam membantah pendapat orang-orang tersebut Pytagoras mengatakan pengetahuan yang lengkap tidak akan tercapai oleh manusia.[3]

Semenjak semula telah terjadi perbedaan pendapat tentang asal kata filsafat. Ahmad Tafsir umpamanya me-ngatakan filsafat adalah gabungan dari kata philein dan sophia. Menurut Harun Nasution kedua kata tersebut setelah digabungkan menjadi philosophia dan diterjemah-kan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti cinta hikmah atau kebijaksanaan.

Orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan su-sunan kata bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa`lala. Dengan demikian kata benda dari falsafa itu adalah falsafah atau filsaf.[4]

Dalam al-Quran kata filsafat tidak ada, yang ada hanya adalah kata hikmah. Pada umumnya orang mema-hami antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama, pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda. Harun Hadiwijono mengartikan kata philosophia dengan mencintai kebijaksa-naan,[5] sedangkan Harun Nasution mengartikan dengan hikmah.[6] Kebijaksanaan biasanya diartikan dengan peng-ambilan keputusan berdasarkan suatu pertimbangan terten-tu yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang telah ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang agung atau suatu peristiwa yang dahsyat atau berat.[7] Namun dalam konteks filsafat kata philosophia itu merupakan terjemahan dari love of wisdom.[8]

Dari pengertian kebahasaan itu dapat dipahami bah-wa filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Tetapi pengertian itu belum memberikan pemahaman yang cu-kup, karena maksudnya belum dipahami dengan baik. Pemahaman yang mendasar tentang filsafat diperoleh melalui pengertian. Karena berbagai pandangan dalam melihat sesuatu menyebabkan pandangan pemikir tentang filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak orang mem-berikan pengertian yang berbeda pula tentang filsafat.

Herodotus mengatakan filsafat adalah perasaan cinta kepada ilmu kebijaksanaan dengan memperoleh keahalian tentang kebijaksanaan itu.[9] Plato mengatakan filsafat ada-lah kegemaran dan kemauan untuk mendapatkan penge-tahuan yang luhur. Aristoteles (384-322 sm) mengatakan filsafat adalah ilmu tentang kebenaran.[10] Cicero (106-3 sm.) mengatakan filsafat adalah pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.[11]

Thomas Hobes (1588-1679 M) salah seorang filosof Inggris mengemukakan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan hubungan hasil dan sebab, atau sebab dan hasilnya dan oleh karena itu terjadi perubahan.[12] R. Berling mengatakan filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas diilhami oleh rasio mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman.[13]

Alfred Ayer mengatakan filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah semen-jak zaman Yunani dalam hal-hal pokok. Pertanyaan-perta-nyaan mengenai apa yang dapat diketahui dan bagaimana mengetahuinya, hal-hal apa yang ada dan bagaimana hu-bungannya satu sama lain. Selanjutnya mempermasalah-kan apa-apa yang dapat diterima, mencari ukuran-ukuran dan menguji nilai-nilainya apakah asumsi dari pemikiran itu dan selanjutnya memeriksa apakah hal itu berlaku.[14]

Immanuel Kant (1724-1804 M) salah seorang filosof Jerman mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang men-jadi pokok pangkal pengetahuan yang tercakup di dalam-nya empat persoalan : yaitu Apa yang dapat diketahui, Jawabnya : Metafisika. Apa yang seharusnya diketahui ? Jawabnya : etika. Sampai di mana harapan kita ? Jawabnya :Agama. Apa manusia itu ? Jawabnya Antropologi.[15] Jujun S Suriasumantri mengatakan bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang mungkin dapat dipikirkan manu-sia.[16] Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat mempermasalahkan hal-hal pokok, terjawab suatu per-soalan, filsafat mulai merambah pertanyaan lain.[17]

Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.[18] Titus mem-berikan difinisi bahwa filsafat itu adalah sikap kritis, terbuka, toleran, mau melihat persoalan tanpa prasangka.[19] Selanjutnya dia mengatakan bahwa dalam mendefinisikan filsafat sekurang-kurangnya bertolak dari empat sudut pandang yang saling melengkapi.

Pertama filsafat adalah suatu sikap terhadap hidup dan alam semesta. Dari sudut ini dapat dijelaskan bahwa suatu sikap filosofis adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha untuk memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dalam alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba melihat dalam keseluruhan hubungan. Sikap filosofik dapat ditandai misalnya dengan sikap kritis, berfikir terbuka, toleran dan mau melihat dari sisi lain.

Kedua adalah suatu metode berfikir reflektif dan metode pencarian yang beralasan. Ini bukalah metode fil-safat yang eksklusif, tetapi merupakan metode berfikir yang akurat dan sangat berhati-hati terhadap seluruh pengalaman.

Ketiga filsafat adalah kumpulan masalah. Semenjak dahulu sampai sekarang banyak masalah yang sangat men-dasar yang masih tetap tidak terpecahkan, meskipun para filosof telah benyak mencoba memberikan jawabannya. Contohnya apakah kebenaran itu ? apakah keindahan itu, apakah perebedaan antara benar dan salah. ?

Keempat filsafat merupakan kumpulan teori atau sistem-sistem pemikiran. Dalam hal ini filsafat berarti teori-teori filosofis yang beraneka ragam atau sistem-sistem pemikiran yang telah muncul dalam sejarah yang biasanya dikaitkan dengan nama-nama filosof ; seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Agustinus. Mereka sangat ber-pengaruh bagi pemikiran di masa sekarang. Dari mereka lahir istilah-istilah seperti idealisme, realisme, pragmatis-me dan sebagainya.[20]

Kattsoff mengemukakan filsafat, ialah ilmu penge-tahuan yang dengan cahaya kodrati akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-azas yang tertinggi segala sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengeahuan tentang hal-hal pada sebab-sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam.[21] Selain itu filsafat merupakan ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan kesimpulan yang jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup sehari-hari, serta peristiwa-peristiwanya menjadikan pengalaman-pengalam-an serta peristiwa itu lebih bermakna yang menyebabkan kita lebih berhasil menanganinya.[22]

Selain itu Liang Gie mengemukan metode yang ber-beda dalam pembahasan ini. Penulis itu meninjau filsafat dan segi pelaku filsafat sendiri. Menurutnya pelaku filsafat itu terdiri atas beberapa kelompok, antara lain :

Pertama pengejek filsafat, yaitu orang-orang yang mencemoohkan atau memperolok-olokan filsafat maupun filosof karena ketidaktahuannya.

Kedua peminat filsafat, yaitu seseorang yang sekedar mempunyai arah hidup, pandangan dunia, ukuran moral atau telah membaca karya filsafat sehingga tertarik kepada filsafat.

Ketiga penghafal filsafat, pada umumnya mereka ialah mahasiswa yang kerjanya sehari-hari menghafal buku atau diktat filsafat untuk menghadapi ujian yang diberikan oleh dosennya.

Keempat sarjana filsafat, yaitu mahasiswa yang lulus di perguruan tinggi filsafat dengan memperoleh gelar dok-torandus atau lainnya.

Kelima pengajar filsafat, yaitu sarjana yang mem-berikan kuliah dalam mata kuliah filsafat atau salah satu cabangnya di perguruan tinggi.

Keenam pemikir filsafat, yaitu seorang pemikir da-lam bidang filsafat, dan itulah yang sebenarnya disebut filosof. Filosof ialah seorang yang senantiasa memahami persoalan-persoalan filsafat dan terus menerus melakukan pemikiran terhadap jawaban-jawaban dari persoalan-persoalan itu dari waktu ke waktu dan diungkapkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.[23]

Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan itu definisi itu menimbulkan kesan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang sosial, politik, ekonomi dan seba-gainya. Jika disadari, perbedaan pendapat itu adalah wajar karena perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang sesungguhnya terpecah dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khsus, seperti filsafat politik, filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya.

Dengan demikian diketahui betapa luasnya lapangan filsafat. Tetapi walaupun telah terjadi berbagai pemikiran dalam filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat tertentu, ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap radikal, sistematis, universal dan bebas. Dengan demikian dalam pembahasan ini semua prinsip itu memang diperlukan dalam mengkaji berbagai hal tentang agama sehingga hasil itu disebut filsafat agama.


B. Pengertian Agama

Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia.[24] Ter-nyata agama memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-ibadat.[25] Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama me-mang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mem-punyai sifat mengikat bagi manusia.[26] Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama.

Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata relegere asal kata relgi mengandung makna berhati-hati hati-hati. Sikap berhati-hati ini disebabkan dalam religi terdapat norma-norma dan aturan yang ketat. Dalam religi ini orang Roma mempunyai anggapan bahwa manusia harus hati-hati terhadap Yang kudus dan Yang suci tetapi juga sekalian tabu.[27] Yang kudus dipercayai mempunyai sifat baik dan sekaligus mempunyai sifat jahat.

Religi juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang berhubungan dengan alam semseta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir hakikat dari semua itu. Religi mencari makna dan nilai yang berbeda-beda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal. Karena itulah religi tidak berhubungan dengan yang kudus. Yang kudus itu belum tentu Tuhan atau dewa-dewa. Dengan demikian banyak sekali kepercayaan yang biasanya disebut religi, pada hal sebenarnya belum pantas disebut religi karena hubungan antara manusia dan yang kudus itu belum jelas. Religi-religi yang bersahaja dan Budhisma dalam bentuk awalnya misalnya menganggap Yang kudus itu bukan Tuhan atau dewa-dewa. Dalam religi betapa pun bentuk dan sifatnya selalu ada penghayatan yang berhu-bungan dengan Yang Kudus.[28]

Manusia mengakui adanya ketergantungan kepada Yang Mutlak atau Yang Kudus yang dihayati sebagai kontrol bagi manusia. Untuk mendapatkan pertolongan dari Yang Mutlak itu manusia secara bersama-sama men-jalankan ajaran tertentu.

Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan Yang Kudus. Dalam hal ini yang kudus itu terdiri atas ber-bagai kemungkinan, yaitu bisa berbentuk benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk pribadi manusia.

Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan pengertian agama. Kata din dengan akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-Quran menyebut kata din ada me-nunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan dengan utang.

Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi manusia. Kata din dengan arti hari kiamat juga milik Tuhan dan manusia tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia merasa takut terhadap hari kiamat sebagai milik Tuhan karena pada waktu itu dijanji-kan azab yang pedih bagi orang yang berdosa. Adapun orang beriman merasa segan dan juga menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari kiamat itu. Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama sebagai yang berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai yang berutang, bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang berpiutang.[29] Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat harapan supaya utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar, walaupun harapan itu jarang sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang kepada Tuhan berupa kewajiban melaksanakan ajaran agama.

Dalam bahasa Semit istilah di atas berarti undang-undang atau hukum. Kata itu juga berarti menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan[30] dan semua itu memang terdapat dalam agama. Di balik semua aktifitas dalam agama itu terdapat balasan yang akan diterimanya nanti. Balasan itu diperoleh setelah manusia berada di akhirat.

Semua ungkapan di atas menunjuk kepada pengerti-an agama secara etimologi. Namun banyak pula di antara pemikir yang mencoba memberikan definisi agama. Dengan demikian agama juga diberi definisi oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam. Dengan kata lain agama itu mempunyai berbagai pengertian. Dengan istilah yang sangat umum ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah peraturan tentang cara hidup di dunia ini. [31]

Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.[32] Karena dalam definisi yang dikemuka-kan di atas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan al-Quran dan Sunnah.[33]

Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang diterima dan diredai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu mencakup berba-gai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyari`atkan Allah untuk manusia.[34]

Selanjutnya dijelaskan bahwa agama itu dapat dike-lompokkan menjadi dua bentuk, yaitu agama yang mene-kankan kepada iman dan kepercayaan dan yang ke dua menekankan kepada aturan tentang cara hidup. Namun demikian kombinasi antara keduanya akan menjadi defi-nisi agama yang lebih memadai, yaitu sistem keperca-yaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut, atau cara hidup lahir dan batin.[35]

Bila dilihat dengan seksama istilah-istilah itu ber-muara kepada satu fokus yang disebut ikatan. Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan itu mem-punyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.

Harun Nasution mengemukakan delapan definisi untuk agama, yaitu:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang me-nguasai manusia.

3. Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang me-ngandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbu-atan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan kepada sesuatu ikatan gaib yang menim-bulkan cara hidup tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini berasal dari suatu kekuatan gaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Definisi yang dikemukakan Harun Nasution dapat disederhanakan menjadi dua definisi saja. Dari nomor 1 sampai 7 dapat diketahui bahwa agama berkaitan dengan keterikatan manusia dengan kekuatan gaib yang lebih ting-gi dari manusia yang mendorong manusia untuk berbuat baik, bisa yang berkekuatan gaib itu dewa-dewa, atau roh-roh yang dipercayai mempunyai kekuasaan luar biasa melebihi dari dirinya, sekalipun pada hakikatnya yang dipercayai itu adalah benda mati seperti berhala dalam zaman Jahiliah. Adapun definisi nomor 8 terfokus kepada agama wahyu yang diturunkan melalui nabi-nabi. Jika disimpulkan, definisi-definisi agama itu menunjuk kepada kuatan gaib yang ditakuti, disegani oleh manusia, baik oleh kekuasaan maupun karena sikap pemarah dari yang gaib itu.

Dari delapan difinisi di atas dapat diklasifikasikan bahwa terdapat empat hal penting dalam setiap agama, yaitu :

Pertama, kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu.

Kedua keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidup akhirat tergantung pada adanya hu-bungan baik dengan kekuatan gaib itu. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan, yang dicari akan hilang pula.

Ketiga respon yang bersifat emosionil dari manusia. Res-pon itu bisa berupa rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat di dalam agama primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama menoteisme. Lebih lanjut lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

Keempat paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama itu dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.[36]

Setelah diketahui pengertian masing-masing dari agama dan filsafat, perlu diketahui apa sebenarnya pengertian filsafat agama. Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat agama adalah berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika yang bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:

Pertama membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat kepada ajaran agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama. Kedua membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika.[37] Dasar-dasar agama yang dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan, roh manusia, keabadian hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, dan hidup sesudah mati dan lain-lain. Oleh sebab itu pengertian filsafat agama adalah berfikir secara kritis dan analitis menurut aturan logika tentang agama secara mendalam sampai kepada setiap dasar-dasar agama itu..



C. Agama Sebagai Objek Filsafat

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa agama dan filsafat adalah dua pokok persoalan yang berbeda. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Dalam agama samawi (Yahudi, Nas-rani dan Islam), Yang Kuasa itu disebut Tuhan atau Allah, sedangkan dalam agama ardi Yang Kuasa itu mempunyai sebutan yang bermacam-macam, antara lain Brahma, Wisnu dan Siwa dalam agama Hindu, Budha Gautama dalam agama Budha, dan sebagainya. Semua itu merupa-kan bagian dari ajaran agama dan setiap ajaran agama itulah yang menjadi objek pembahasan filsafat agama. Filsafat seperti yang dikemukakan bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.

Kata objek dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan sasaran atau sesuatu yang menjadi pelengkap dari suatu aktivitas. Apa saja yang menjadi sasaran dalam suatu aktivitas berarti hal itu menjadi objek dari aktivitas ter-sebut. Jika seorang peneliti melakukan penelitian tentang pola hidup masyarakat nelayan di A maka semua pola hidup dan tingkah laku masyarakat nelayan tersebut adalah menjadi objek penelitian. Dengan kata lain setiap nelayan yang ada di lokasi penelitian yang dilakukan itu jelas menjadi objek dari penelitian tersebut.

Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan.[38]

Aristoteles mengemukakan bahwa objek filsafat ada-lah fisika, metafisika, etika, politik, biologi, bahasa.[39] Al-Kindi mengemukakan bahwa objek filsafat itu adalah fisika, matematika dan ilmu ketuhanan.[40] Menurut al-Farabi, objek filsafat adalah semua yang maujud.[41] Selain yang dikemukakan oleh para filosof di atas, menambahkan bahwa kepercayaan itu termasuk objek pembicaraan filsafat.[42]

Semua sasaran pembahasan di atas merupakan mate-ri pembahasan filsafat. Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demi-kian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.

Kedua aspek ini (pisik dan metafisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek pisik. Aspek pisik itu sebenarnya sudah menjadi pem-bahasan ilmu seperti ilmu sosiologi, psikologi, ilmu biologi dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah memi-sahkan diri dari filsafat.

Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain.[43] Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat penyelidik-an. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri.

Selain objek materia itu terdapat pula objek forma filsafat yaitu cara pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang yang ada untuk mengetahui hakikatnya. Dengan demikian, agama sebagai objek forma filsafat adalah cara pandang yang radikal tentang agama dan ber-bagai persoalan yang terdapat dalam agama itu. Dengan kata lain objek forma filsafat adalah pembahasan yang mendalam dan mendasar dari setiap hal yang menjadi ajaran dari seluruh agama di dunia ini. Seperti diung-kapkan di atas bahwa pemabahasan terpenting dalam setiap agama adalah ajaran tentang Tuhan. Pembahasan ini tidak hanya melihat argumentasi yang memperkuat keya-kinan tentang Tuhan, tetapi juga argumen yang memban-tah, melemahkan bahkan menolak wujud Tuhan itu. Hal inilah yang akan dibahas dalam filsafat agama.

Karena begitu mendalamnya pembahasan tentang Tuhan terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi. Dengan mempelajari agama bisa seseorang berubah keya-kinan. Ada orang yang membahas persoalan kepercayaan dalam agama itu menambah keyakinannya terhadap Tuhan. Ada orang yang membahas persoalan kepercayaan tentang Tuhan, tetapi karena ia tidak mendapatkan kepuas-an dalam penemuannya sehingga orang itu berpaling dari keyakinannya semula. Jika seorang pada mulanya percaya kepada Tuhan, tetapi setelah membahas eksistensi Tuhan ia bisa menjadi tidak percaya kepada Tuhan. Nietzsche, seorang keturunan yang taat beragama adalah salah satu contoh dari persoalan ini.[44] Sebaliknya, seorang yang ateis, yang kemungkinan dalam hidupnya mengalami kekosong-an dan kegersangan jiwa setelah berfikir tentang penga-laman orang yang beragama bisa pula menjadi penganut agama yang kuat.

Tidaklah terlalu asing orang mengatakan bahwa pembahasan filsafat agama tidak menambah keyakinan atau tidak meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Ini bisa berarti bahwa pembahasan agama secara filosofis tidak perlu dan usaha itu adalah sia-sia. Tetapi perlu diingat bahwa pembahasan filsafat agama bertujuan untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip logika.[45]

Sebenarnya objek filsafat agama tersebut tidak hanya persoalan-persoalan ketuhanan semata, tetapi juga sampai kepada persoalan-persoalan eskatologis. Persoalan eskato-logis pada umumnya berbicara tentang hari kiamat dan hal-hal yang akan dialami manusia pada waktu itu, seperti persoalan keadilan Tuhan, penerimaan pahala dan siksa. Pentingnya persoalan eskatologis sebagai objek pemba-hasan filsafat agama karena eskatologislah yang mendo-rong orang bersemangat orang untuk menjalankan ajaran agamanya. Tanpa ada tanggung jawab terhadap amal perbuatannya keberadaan agama menjadi kurang menarik. Hidup sesudah mati inilah yang membuat pemeluknya menjadi tertarik kepada kepada agama.

Filsafat agama sebenarnya bukanlah langkah untuk menyelesaikan persoalan agama secara tuntas. Pemba-hasan filsafat agama hanya bertujuan untuk mengungkap-kan argumen-argumen yang mereka kemukakan dan memberikan penilaian terhadap argumen tersebut dari segi logisnya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa objek filsafat bukanlah hal-hal yang empiris, bukan seperti penyelidikan sain yang keingingtahuannya hanya pada batas yang dapat diteliti secara empiris. Dalam istilah lain, batas penelitian dalam ilmu pengetahuan adalah pada daerah yang dapat diriset, sedangkan objek filsafat adalah hal-hal yang dapat dipikirkan secara logis. Sain meneliti dengan riset, sedang-kan filsafat meneliti dangan memikirkannya.[46]

Selain itu filsafat merupakan analisa logis dari segi bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Di sini yang dilihat adalah maksud dari suatu istilah, seperti agama itu maksudnya apa. Sudah logiskah sesuatu yang dinyatakan dalam agama itu. Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, yang dimaksud dengan filsafat di sini adalah berfikir menurut tata-tertib logika dengan bebas (tidak terikat pada suatu tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya se-hingga sampai kepada dasar-dasar persoalan. Yang utama dalam tulisan ini adalah analisis kritis dan logis terhadap setiap persoalan agama. Sehubungan dengan itu, apa sebenarnya yang menjadi objek pembahasan filsafat, apakah segala sesuatu tanpa kecuali dapat menjadi objek pembicaraan filsafat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa objek pembicaraan filsafat itu banyak sekali, yaitu segala yang ada. Agama ternyata merupakan salah satu objek pembicaraan filsafat.



D. Perbadingan Agama dan Filsafat

Dari uraian di atas diketahui bahwa antara agama dan filsafat itu terdapat perbedaan. Menurut Prof. Dr. H. H. Rasyidi, perbedaan antara filsafat dan agama bukan terletak pada bidangnya, tetapi terletak pada cara menye-lidiki bidang itu sendiri.[47] Filsafat adalah berfikir, sedang-kan agama adalah mengabdikan diri, agama banyak hu-bungan dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungan dengan pemikiran. Williem Temple, seperti yang dikutip Rasyidi, mengatakan bahwa filsafat menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama menuntut pengeta-huan untuk beribadah atau mengabdi.[48] Pokok agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang penting adalah hubungan manusia dengan Tuhan. [49]

Lewis mengidentikkan agama dengan enjoyment dan filsafat dengan contemplation. Kedua istilah ini dapat dipahami dengan contoh: Seorang laki-laki mencintai perempuan, rasa cinta itu dinamai dengan enjoyment, sedangkan pemikiran tentang rasa cinta itu disebut contemplation.[50]

Di sisi lain agama mulai dari keyakinan, sedangkan filsafat mulai dari mempertanyakan sesuatu. Mahmud Subhi mengatakan bahwa agama mulai dari keyakinan yang kemudian dilanjutkan dengan mencari argumentasi untuk memperkuat keyakinan itu, (ya`taqidu summa yastadillu), sedangkan filsafat berawal dari mencari-cari argumen dan bukti-bukti yang kuat dan kemudian timbul-lah keyakinannya (yastadillu summa ya`taqidu).[51] Dalam pendapat Mahmud Subhi , agama di sini kelihatan identik dengan kalam, yaitu berawal dari keyakinan, bukan ber-awal dari argumen.

Perbedaan lain antara agama dan filsafat adalah bah-wa agama banyak hubungannya dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungannya dengan pikiran yang dingin dan tenang. Agama dapat diidentikkan dengan air yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya, sedangkan filsafat diumpamakan dengan air telaga yang jernih, tenang dan kelihatan dasarnya.[52] Seorang penganut agama biasa-nya selalu mempertahankan agama habis-habisan karena dia sudah mengikatkan diri kepada agamanya itu. Sebalik-nya seorang ahli filsafat sering bersifat lunak dan sanggup meninggalkan pendiriannya jika ternyata pendapatnya keliru.[53] Dalam diri seorang ahli filsafat terdapat maksud meneliti argumen-argumen yang mendukung pendapatnya dan kelemahan argumen tersebut walaupun untuk argumen dia sendiri, sedangkan dalam diri penganut suatu agama tidak terdapat keinginan seperti itu.

Di sisi lain Harun Nasution membandingkan pemba-hasan filsafat agama dengan pembahasan teologi, karena setiap persoalan tersebut juga menjadi pembahasan tersen-diri dalam teologi. Jika dalam filsafat agama pembahasan ditujukan kepada dasar setiap agama, pembahasan teologi ditujukan pada dasar-dasar agama tertentu.[54] Dengan demikian terdapatlah teologi Islam, teologi Kristen, teologi Yahudi dan sebagainya.

Pemikiran-pemikiran seperti itu kurang tepat karena pandangan masing-masing penganut agama dan filosof bersifat sepihak. Pendirian yang lebih baik dan lebih berfaedah adalah pendirian seorang penganut suatu agama yang bersedia mendengarkan uraian tentang paham atau agama lain dan meminta bukti dari paham atau agamanya itu.

Seseorang memerlukan kepiawaian dalam menge-mukakan argumen, memahami teknik analisa serta menge-tahui sejumlah bahan pengetahuan untuk memikirkan se-gala sesuatu secara logis, termasuk setiap problem kehi-dupan yang ada hubungannya dengan hal itu.[55] Melihat sesuatu itu memerlukan pemikiran luas, dan jauh dari emosi. Tetapi harus disadari bahwa agama pada satu sisi memang ditandai dengan unsur-unsur yang bersifat memi-hak kepada keyakinannya sendiri. Tanpa ada sifat memi-hak, agama kadang-kadang kurang terasa maknanya.

Dengan demikian, seorang ahli agama bisa menyeli-diki ajaran agamanya sendiri, demikian juga agama lain, tetapi dia harus menyadari posisinya pada waktu meneliti agama untuk menghindari banyaknya unsur subjektif yang sering muncul dalam pekiran ahli agama itu. enyoh...

sawanli si ek

Saanwali Si Ek Ladki
(Saanwali Si Ek Ladki Dhadkan Jaisi Dilki) - 2
Dekhke Jiske Woh Sapne Kahin Woh Main To Nahin
Saanwali Si Ek Ladki Dhadkan Jaisi Dilki
Dekhke Jiske Woh Sapne Kahin Woh Main To Nahin
Saanwali Si Ek Ladki

[ Saanwali Si Ek Song Lyrics @ http://www.hindilyrix.com ]

Uski Ghani Zulfon Mein Kiski Taqdeer Hai
Uski Haseen Aankhon Mein Kiski Tasveer Hai
Aata Nahin Mujhko Yaaken Par Kahin Woh Main To Nahin
Saanwali Si Ek Ladki
Yahan Wahan Kahan Kahan Jaane Rukti Hai Uski Nazar
Waise To Main Hoon Bekhabar Itni To Mujhko Khabar
Koyi Bhi Hai Hai Woh Hai Yahin
Par Kahin Woh Main To Nahin

Saanwali Si Ek Ladki Dhadkan Jaisi Dilki
Dekhke Jiske Woh Sapne Kahin Woh Main To Nahin
Saanwali Si Ek Ladki Dhadkan Jaisi Dilki
(Dekhke Jiske Woh Sapne Kahin Woh Main To Nahin) - 2
Kahin Woh Main To Nahin
enyoh...

chayya 2

Jinke sar ho ishq ki chhanv
Paaon ke neeche jaanat hogi
Jinke sar ho ishq ki chhanv

Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya

Saare ishq ki chhanv chal chhaiya chhaiya
Saare ishq ki chhanv chal chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya


Vo yaar hai jo khushboo ki tarah
Jiski zubaan urdu ki tarah
Meri shaam raat meri kaaynaat
Vo yaar mera sainya sainya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya

Gulfosh kabhi itraaye kahin
Mehke to nazar aa jaaye kahin
Gulfosh kabhi itraaye kahin
Mehke to nazar aa jaaye kahin
Taaveez banaake pehnoon usay
Aayat ki tarah mil jaaye kahin
Taaveez banaake pehnoon usay
Aayat ki tarah mil jaaye kahin
Gulfosh kabhi itraaye kahin
Mehke to nazar aa jaaye kahin
Taaveez banaake pehnoon usay
Aayat ki tarah mil jaaye kahin
Gulfosh kabhi itraaye kahin
Mehke to nazar aa jaaye kahin
Vo yaar hai jo imaan ki tarah
Mera nagma vohi mera kalma vohi
Mera nagma nagma mera kalma kalma
Mera nagma nagma mera kalma kalma
Mera nagma nagma mera kalma kalma
Mera nagma nagma mera kalma kalma
Yaar misaale ous dhale
Paaon ke tale firdous chale
Kabhi daal daal kabhi paat paat
Main hava pe dhoondhoon uske nishaan

Saare ishq ki chhanv chal chhaiya chhaiya
Saare ishq ki chhanv chal chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya

Main uske roop ka shehdaai
Vo dhoop chhanv se harjaai
Vo shokh hai rang badalta hai
Main rangroop ka saudaai
Main rangroop ka saudaai
Jinke sar ko ishq ki chhanv
Paaon ke neeche jannat hogi
Jinke sar ko ishq ki chhanv
Paaon ke neeche jannat hogi
Shaam raat meri kaaynaat
Vo yaar mera sainya sainya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya

Saare ishq ki chhanv chal chhaiya chhaiya
Saare ishq ki chhanv chal chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya chhaiya
Pau janat chale chal chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya chhaiya chhaiya chhaiya
Chhaiya chhaiya chhaiya
Chal chhaiya
enyoh...