1. Present Tense (Waktu Sekarang)
a. Simple Present Tense (Waktu Sekarang Sederhana)
Rumus :
A. Subject + To Be (am / are / is) + …
B. Subject + Verb + …
Contoh kalimat :
(+) She is a new people here.
(+) He plays football every morning
(-) She isn’t a new people here.
(-) He not playing football every morning.
(?) Is she a new people here?
(?) How playing football every morning?
b. Present Continuous Tense (Waktu Berlangsung Sekarang)
Menerangkan suatu perbuatan yabg sedang berlangsungpada waktu sekarang.
Rumus : Subject + To Be (am / is / are) +Verb I + ING …
Contoh dalam kalimat :
(+) They are studying English now.
(+) He is playing badminton now
(-) They aren’t studying English now.
(-) He isn’t playing badminton now.
(?) Is he playing badminton now.
(?) Is she going to market now?
c. Present Perfect Tense (Waktu Sempurna Sekarang)
Rumus : Subject + Have / Has +Verb II (Ing) + …
Contoh :
(+) I have gone.
(+) They have done
(-) I haven’t gone.
(-)They haven’t done.
(?) Have I gone ?
(?) Have they done ?
d. Present Perfect Continuous Tense (Waktu Berlangsung Sempurna Sekarang)
Rumus : Subject + Have / Has +Verb II (Ing) + …
Contoh :
(+) She has been going to Malang since evening.
(+) We have been riding a horse for three days
(-) She hasn’t been going to Malang since evening.
(-) We haven’t been riding a horse for three days.
(?) Has she been going to Malang ?
(?) Have He been riding a horse for three days ?
2. Past Tense (Waktu Lampau)
a. Simple Past Tense (Waktu Lampau Sederhana) Rumus :
A. Subject + To Be (was / were) + …
B. Subject + Verb II + …
Contoh :
(+) I saw a good film last night
(+) He came here last month
(-) I saw not a good film last night
(-) He came not last month
(?) Saw I a good film last night
(?) Came He here last month
b. Past Continuous Tense (Waktu Berlangsung Lampau)
Rumus : Subject + To Be (was / were) + Verb I (Ing) + …
Contoh :
(+) He was watching television all afternoon last week
(+) They were talking about sport when I met him
(-) He wasn’t watching television all afternoon last week
(-) They weren’t talking about sport when I met him
(?) Was He watching television all afternoon last week
(?) Were they talking about sport when I met him
c. Past Perfect Tense (Waktu Sempurna Lampau)
Rumus :
A. Subject + Had + Been + …
B. Subject + Had + Verb III + …
Contoh :
(+) When my brother arrived , I had painted my motor cycle
(+) The ship had left before I arrived
(-) When my brother arrived , I hadn’t painted my motor cycle
(-) The ship hadn’t left before I arrived
(?) Had I my motor cycle , when my brother arrived ?
(?) Had the ship left before I arrived?
d. Past Perfect Continuous Tense (Waktu Berlangsung Sempurna Lampau)
Rumus :
Subject + Had + Been + Verb I (Ing) + …
Contoh :
(+) They had been living there for two month
(+) When they washed my drees , your father had been playing badminton
(-) They hadn’t been living there for two month
(-) When they washed my dress , your father hadn’t been playing badminton
(?) Had they been living there for two month?
(?) When they washed my dress , had your father been playing badminton ?
3. Future Tense (Akan Datang)
a. Simple Future Tense (Waktu Akan Datang Sederhana)
Rumus :
A. Subject Shall / Will + Be + …
B. Subject + Shall / Will + Verb + …
Contoh :
(+) I will visit to yogyakarta tomorrow.
(+) he will met girl friend by seven o’clock
(?) Will he go to America next month?
(+) President shall at Nederland the day after tomorrow.
(-) President shall not at Nederland the day after tomorrow.
(?) Shall President at Nederland the day after tomorrow?
b. Future Continuous Tense (Waktu Berlangsung Akan Datang)
Rumus :
Subject + Shall / Will + Be + Verb (Ing) + …
Contoh :
(+) I will be writing a comic.
(+) I will be studying tomorrow night.
(-) I will not writing a comic.
(-) I will not be studying tomorrow night.
(?) Will I be writing a comic ?
(?) Will I be studying tomorrow night ?
c. Future Perfect Tense (Waktu Sempurna Akan Datang)
Rumus :
A. Subject + Shall / Will + Have + Been + …
B. Subject + Shall / Will + Have + Verb II + …
Contoh :
(+) Bily will have done his work by the end of this week.
(+) By next week I shall have read this book.
(-) Bily will haven’t done his work by the end of this week.
(-) By next week I shall haven’t read this book.
(?) Will Billy have done his work by the end of this week ?
(?) Shall I have read this book by next week ?
d. Future Perfect Continuous Tense (Waktu Berlangsung Sempurna Akan Datang)
Rumus : Subject + Shall / Will + Have + Been + Verb (Ing) + …
Contoh :
(+) I will have been reading a news paper.
(+) He will have been listening music.
(-) I will haven’t been reading a news paper.
(-) He will haven’t listening a music.
(?) Will I have been riding a news paper ?
(?) Will He have listening a music ?
4. Past Future Tense (Akan Datang Di Waktu Lampau)
a. Past Future Tense (Waktu Akan Datang Di Waktu Lampau)
Rumus :
C. Subject + Should / Would + Have + Been + …
D. Subject + Should / Would + Have + Verb III + …
Contoh :
(+) He would come if you invited him.
(+) They would buy a home the previous day.
(-) He wouldn’t come if invited him.
(-) They wouldn’t buy a home the previous day.
(?) Would He come if invited him ?
(?) Would they buy a home the previous day ?
b. Past Future Continuous Tense (Waktu Akan Sedang Terjadi Diwaktu Lampau)
Rumus : Subject + Shoul / Would + Be : Verb (Ing) + …
Contoh :
(+) I should be swimming at this time the following day.
(+) I shall be sliping at 10 o’clock tomorrow.
(-) I shouldn’t be swimming at this time the following day.
(-) I shalln’t be sleeping at 10 o’clock tomorrow.
(?) Shall I be swimming at this time the following day ?
(?) Shall I be sleeping at10 o’clock tomorrow ?
c. Past Future Perfect Tense (Waktu Akan Sudah Selesai Di Waktu Lampau)
Rumus :
E. Subject + Should / Would + Have + Been + …
F. Subject + Should / Would + Have + Verb III + …
Contoh :
(+) He would have graduated if he had studies hard.
(+) Nonok will have studied moth by the end of this week.
(-) He wouldn’t have gone if he had met his darling
(-) Nonok will have not studied month by the end of this week
(?) Would He have gone if he had met his darling ?
(?) Will Nonok have studied month by the end of this week ?
d. Past Future Perfect Continuous Tense
(Waktu Yang Sudah Sedang Berlangsung Pada Waktu Lampau)
Rumus : Subject + Should / Would + Have + Been + Verb (Ing) + …
Contoh :
Rianawati would have been speaking English for two years
(+) Mrs. Anisa Munif would have been walking here for seventeen years
(+) Rianawati would have been speaking English for two years
(-) Mrs. Anisa Munif wouldn’t have been walking here for seventeen year
(-) Rianawati wouldn’t have been speaking English for two years
(?) Would Mrs. Anisa Munif have been walking here for seventeen years?
(?) Would Rianawati have been speaking English for two years?
enyoh...
Selasa, 18 Januari 2011
Perayaan Maulid Nabi Yang Telah Menjadi Budaya Di Desaku
Hari ini aku sekeluarga disibukkan dengan persiapan menyambut maulid nabi nanti malam.Aku membeli beberapa butir telur bebek di toko, sedangkan ayahku membuat tusuk telur yang dibuat dari bambu kemudian dihiasi dengan kaertas hias yang nantinya digunakan untuk memperindah telur yang sudah matang. Setelah itu aku dan beberapa teman-ngaji di masjid (TPQ) gotongroyong membersihkan masjid sebagai persiapan nanti malam. Mulai dari menyapu seisi ruangan masjid dan halamannya, kemudian mengepel lantai. Ini semua demi perayaan Maulid Nabi nanti malam supaya berjalan lancar dan meriah.Sedangkan para kaum bapak memasang umbul-umbul (bendera) sebagai tanda adanya perayaan maulid nabi.Ibu telah merebus telur-telur tadi dan siap untuk dihias.
Acara bersih-bersih sudah usai kini aku kembali kerumah untuk menghias telur. Telur yang sudah direbus, ditusuk dengan tusuk bambu yang telah diberi kertas hias. Ada juga yang dimasukkan kedalam irisan aqua hias. Setelah semua telur dihias, bapak mencari pohon pisang yang dijadikan pohon telur nantinya. Kemudian, pohon tadi dihias pula dengan kertas hias secara melingkar. Setelah itu telur-telur hias tadi ditancapkan pada pohon pisang yang telah dihias secara melingkar. Kami membuat dua pohon dan banyak telur hias. Satu pohon telur untuk di setorkan ke masjid, sedang yang satunya lagi akan dibawa bersama rombongan arak-arakan di jalan.
Waktu sudah mulai petang, panitia Mulid nabipun menghimbau kepada masyarakat untuk keluar rumah sambil membawa pohon telur untuk diarak. Arak-arakanpun dimulai dengan rute perjalanan dimulai dari halaman msjid kemudian mengelilingi desa sampai kembali lagi ke halaman masjid.
Waktunya adzan maghrib dikumandangkan, arakan telah selesai. Kini saatnya pulang kerumah untuk persiapan sholat maghrib. Setelah itu aku pergi ke masjid bersama teman-teman yang lain. Setelah sholat maghrib, kami semua membaca Al-Qur`an bersama sampai waktu isya`. Setelah sholat isya` Acara Maulid Nabi dimulai dengan pembacaan Barzanji. Kamipun begitu khidmat mengikuti acara ini hingga akhirnya pembacaan Berzanji telah usai. Panitia langsung mencabuti telur-telur yang tertancap di pohon pisang. Kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Itulah sekilas cerita tentang perayaan Maulid Nabi di desaku yang begitu unik dan cukup meriah. Perayaan seperti ini diadakan setiap tahun sekali di bulan Maulud/ Rabi`ul Awwal. Tidak hanya di desaku saja yang merayakan hal serupa tapi juga di tempat-tempat lain di kabupaten Banyuwangi.
Tidak ada literature yang menjelaskan sejak kapan budaya kembang telur ini muncul di Kabupaten Banyuwangi. Konon dari beberapa cerita tutur yang aku dapatkan, tradisi kembang telur ini muncul bersamaan dengan masuknya agama Islam di tanah Blambangan sebagai cikal bakal kabupaten Banyuwangi. Islam masuk di wilayah Blambangan dipengaruhi oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim yang berhasil menyembuhkan penyakit massal yang melanda tanah Blambangan. Karena keberhasilannya, maka Syekh Maulana Malik Ibrahim di nikahkan dengan Puteri Blambangan yang bernama Putri Sekardalu dan boleh menyebarkan agama islam di kalangan masyarakat dan tidak boleh di kalangan istana. Namun kenyataannya, banyak penghuni istana yang memeluk agama Islam hingga akhirnya Syekh Maulana Malik Ibrahim di keluarkan dari Istana Blambangan. Dari pernikahan Syekh Maulana Mali Ibrahim dan Puteri Sekardalu lahirlah seorang bayi yang kemudian di larung ke lautan dan kelak diberi nama Joko Samudra atau lebih dikenal dengan Sunan Giri.
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya. Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar. Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai. Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Kembali ke budaya kembang telur, dulu kembang telur ini dibuat dari sebilah bambu kecil yang dihias dengan bunga kertas, Sedangkan telur rebusnya akan dituskkan melalui bambu kecil tersebut. Kumpulan dari kembang telur ini kemudian ditancapka pada Jodhang, yaitu pohon pisang yang juga telah dihias. Biasanya dalam satu Jodhang diisi 27, 33 ataupun 99 kembang telur yang menjadi symbol dalam agama Islam. Kemudian kumpulan Jodhang dan Kembang telur itu akan diarak keliling kampung, bisa dipanggul ataupun menggunakan kendaraan serta diiringi dengan alat musik tradisional seperti patrol ataupun terbang alias rebana.
Namun dengan perkembangan jaman, Kembang telur sudah berubah tidak hanya berbetuk bunga kertas tapi berubah sesuai kreativitas masyarakat seperti barong, ularnaga, pesawat dan model-model yang menari lainnya. Selain itu telur tidak lagi ditusuk pada sebilah bambu karena lebih cepat basi dan diganti dengan plastic yang digantunkan/ Selain itu bentuk Jodhang pun lebih beragam, seperti masjid ataupun rangkaian bungan yang lebih modern. Setelah diarak, kembang telur itu akan diletakkan di serambi masjid ataupun mushola dan para warga menikmati sajian makanan yang diletakkan pada ancak, yang terbuat dari papah daun pisang.
Mengenai nilai atau makna yang terkandung dalam perayaan ini sebenarnya banyak nilai-nilai yang dapat diambil. Mulai dari nilai religiusnya sampai kepada nilai kemasyarakatannya. Kenapa telur dijadikan tema dalam perayaan ini? Karena telur sebuah simbul dari wujud sebuah kelahiran saja,sesuai dengan acara peringatan maulid nabi ini dan biasanya telur yang sering di gunakan adalah telur bebek sebagai simbul bahwa manusia harus taat pada perintah allah dan rasulnya seperti bebek taat pada tuannya agar supaya selamat di dunia dan akhirat. Untuk tusuk bambu melambangkan bahwa pohon bambo adalah sebuah pohon yang selalu tegak lurus ini dimaksudkan bahwa orang islam harus mempunyai aqidah yang kuat dan lurus tetap menyembah allah SWT ibarat seperti lurusnya pohon bambu. Dan pohon pohon pisang adalah sebuah pohon yang unik ini di karenakan pohon pisang akan tetap tumbuh sebelum berbuah meskipun di tebas pohonnya,oleh karena itu hal ini di maksudkan bahwa seorang muslim harus mempunyai cita2 tinggi untuk menegakkan agama meskipun ada halangan dan rintangan maka tidak akan pupus perjuangan ini. Sedangkan hiasan di maksudkan bahwa dengan kelahiran rasullulah maka berbahagialah seluruh alam sesuai dengan tujuan beliau yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Mengenai berzanji, berzanji pada mulanya adalah syair Iqa Al Jawahir yang dikarang oleh seorang ulama bernama Syech Ja’far Al Barzanji bin Abdul Karim yang begitu besar cintanya kepada Rasulullah. Syair ini kemudian dijadikan sebagai pegangan oleh Salahudin Al-Ayyubi untuk memompa semangat rakyatnya dalam perang Salib.
Dan akhirnya kita mengenal Salahuddin al Ayyubi, bukan saja gubernur tanah Palestina, tetapi Sultan yang melegenda dalam Perang Salib, dihormati di negeri Islam dan negeri Eropa.Beliau tidak saja mengakhiri Perang Salib, tetapi membuat perdamaian yang adil dengan Richard the Lion Heart, King The Great Britain (Inggris Raya), panglima perang salib darisekutuEropa.Malah ada sebuah legenda, tentang Sultan Sallahudin al Ayyubi, yang menjadi tabib (mengobati) King Richart the Lion Heart ketika beliau sakit
Sungguh luar biasa, perkasa dalam medan laga, tetapi berbudi dalam kemanusian.
Begitu indahnyan syair ini (sebuah syair yang diciptakan 300 tahun sebelum Negara Kertagama dituli) sehingga dinyanyikan dalam berbagai versi,maka tidak heran kemudian Ulama Besar Banten, dari negeri yang penuh gunung menjulang keangkasa dan ponon nyiur melambai dipantainya menulis syarah/analisis tentang Barjanzi dan tulisannya masih menjadi rujukan di Universitas Al Azhar dan universitas lainnya Dan Burung Merak Indonesia , pujangga W.S. Rendra mementaskan drama tari Barzanji ditahun 70-an,yang mengharu biru para muslimin dan muslimat. enyoh...
Acara bersih-bersih sudah usai kini aku kembali kerumah untuk menghias telur. Telur yang sudah direbus, ditusuk dengan tusuk bambu yang telah diberi kertas hias. Ada juga yang dimasukkan kedalam irisan aqua hias. Setelah semua telur dihias, bapak mencari pohon pisang yang dijadikan pohon telur nantinya. Kemudian, pohon tadi dihias pula dengan kertas hias secara melingkar. Setelah itu telur-telur hias tadi ditancapkan pada pohon pisang yang telah dihias secara melingkar. Kami membuat dua pohon dan banyak telur hias. Satu pohon telur untuk di setorkan ke masjid, sedang yang satunya lagi akan dibawa bersama rombongan arak-arakan di jalan.
Waktu sudah mulai petang, panitia Mulid nabipun menghimbau kepada masyarakat untuk keluar rumah sambil membawa pohon telur untuk diarak. Arak-arakanpun dimulai dengan rute perjalanan dimulai dari halaman msjid kemudian mengelilingi desa sampai kembali lagi ke halaman masjid.
Waktunya adzan maghrib dikumandangkan, arakan telah selesai. Kini saatnya pulang kerumah untuk persiapan sholat maghrib. Setelah itu aku pergi ke masjid bersama teman-teman yang lain. Setelah sholat maghrib, kami semua membaca Al-Qur`an bersama sampai waktu isya`. Setelah sholat isya` Acara Maulid Nabi dimulai dengan pembacaan Barzanji. Kamipun begitu khidmat mengikuti acara ini hingga akhirnya pembacaan Berzanji telah usai. Panitia langsung mencabuti telur-telur yang tertancap di pohon pisang. Kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Itulah sekilas cerita tentang perayaan Maulid Nabi di desaku yang begitu unik dan cukup meriah. Perayaan seperti ini diadakan setiap tahun sekali di bulan Maulud/ Rabi`ul Awwal. Tidak hanya di desaku saja yang merayakan hal serupa tapi juga di tempat-tempat lain di kabupaten Banyuwangi.
Tidak ada literature yang menjelaskan sejak kapan budaya kembang telur ini muncul di Kabupaten Banyuwangi. Konon dari beberapa cerita tutur yang aku dapatkan, tradisi kembang telur ini muncul bersamaan dengan masuknya agama Islam di tanah Blambangan sebagai cikal bakal kabupaten Banyuwangi. Islam masuk di wilayah Blambangan dipengaruhi oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim yang berhasil menyembuhkan penyakit massal yang melanda tanah Blambangan. Karena keberhasilannya, maka Syekh Maulana Malik Ibrahim di nikahkan dengan Puteri Blambangan yang bernama Putri Sekardalu dan boleh menyebarkan agama islam di kalangan masyarakat dan tidak boleh di kalangan istana. Namun kenyataannya, banyak penghuni istana yang memeluk agama Islam hingga akhirnya Syekh Maulana Malik Ibrahim di keluarkan dari Istana Blambangan. Dari pernikahan Syekh Maulana Mali Ibrahim dan Puteri Sekardalu lahirlah seorang bayi yang kemudian di larung ke lautan dan kelak diberi nama Joko Samudra atau lebih dikenal dengan Sunan Giri.
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya. Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar. Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai. Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Kembali ke budaya kembang telur, dulu kembang telur ini dibuat dari sebilah bambu kecil yang dihias dengan bunga kertas, Sedangkan telur rebusnya akan dituskkan melalui bambu kecil tersebut. Kumpulan dari kembang telur ini kemudian ditancapka pada Jodhang, yaitu pohon pisang yang juga telah dihias. Biasanya dalam satu Jodhang diisi 27, 33 ataupun 99 kembang telur yang menjadi symbol dalam agama Islam. Kemudian kumpulan Jodhang dan Kembang telur itu akan diarak keliling kampung, bisa dipanggul ataupun menggunakan kendaraan serta diiringi dengan alat musik tradisional seperti patrol ataupun terbang alias rebana.
Namun dengan perkembangan jaman, Kembang telur sudah berubah tidak hanya berbetuk bunga kertas tapi berubah sesuai kreativitas masyarakat seperti barong, ularnaga, pesawat dan model-model yang menari lainnya. Selain itu telur tidak lagi ditusuk pada sebilah bambu karena lebih cepat basi dan diganti dengan plastic yang digantunkan/ Selain itu bentuk Jodhang pun lebih beragam, seperti masjid ataupun rangkaian bungan yang lebih modern. Setelah diarak, kembang telur itu akan diletakkan di serambi masjid ataupun mushola dan para warga menikmati sajian makanan yang diletakkan pada ancak, yang terbuat dari papah daun pisang.
Mengenai nilai atau makna yang terkandung dalam perayaan ini sebenarnya banyak nilai-nilai yang dapat diambil. Mulai dari nilai religiusnya sampai kepada nilai kemasyarakatannya. Kenapa telur dijadikan tema dalam perayaan ini? Karena telur sebuah simbul dari wujud sebuah kelahiran saja,sesuai dengan acara peringatan maulid nabi ini dan biasanya telur yang sering di gunakan adalah telur bebek sebagai simbul bahwa manusia harus taat pada perintah allah dan rasulnya seperti bebek taat pada tuannya agar supaya selamat di dunia dan akhirat. Untuk tusuk bambu melambangkan bahwa pohon bambo adalah sebuah pohon yang selalu tegak lurus ini dimaksudkan bahwa orang islam harus mempunyai aqidah yang kuat dan lurus tetap menyembah allah SWT ibarat seperti lurusnya pohon bambu. Dan pohon pohon pisang adalah sebuah pohon yang unik ini di karenakan pohon pisang akan tetap tumbuh sebelum berbuah meskipun di tebas pohonnya,oleh karena itu hal ini di maksudkan bahwa seorang muslim harus mempunyai cita2 tinggi untuk menegakkan agama meskipun ada halangan dan rintangan maka tidak akan pupus perjuangan ini. Sedangkan hiasan di maksudkan bahwa dengan kelahiran rasullulah maka berbahagialah seluruh alam sesuai dengan tujuan beliau yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Mengenai berzanji, berzanji pada mulanya adalah syair Iqa Al Jawahir yang dikarang oleh seorang ulama bernama Syech Ja’far Al Barzanji bin Abdul Karim yang begitu besar cintanya kepada Rasulullah. Syair ini kemudian dijadikan sebagai pegangan oleh Salahudin Al-Ayyubi untuk memompa semangat rakyatnya dalam perang Salib.
Dan akhirnya kita mengenal Salahuddin al Ayyubi, bukan saja gubernur tanah Palestina, tetapi Sultan yang melegenda dalam Perang Salib, dihormati di negeri Islam dan negeri Eropa.Beliau tidak saja mengakhiri Perang Salib, tetapi membuat perdamaian yang adil dengan Richard the Lion Heart, King The Great Britain (Inggris Raya), panglima perang salib darisekutuEropa.Malah ada sebuah legenda, tentang Sultan Sallahudin al Ayyubi, yang menjadi tabib (mengobati) King Richart the Lion Heart ketika beliau sakit
Sungguh luar biasa, perkasa dalam medan laga, tetapi berbudi dalam kemanusian.
Begitu indahnyan syair ini (sebuah syair yang diciptakan 300 tahun sebelum Negara Kertagama dituli) sehingga dinyanyikan dalam berbagai versi,maka tidak heran kemudian Ulama Besar Banten, dari negeri yang penuh gunung menjulang keangkasa dan ponon nyiur melambai dipantainya menulis syarah/analisis tentang Barjanzi dan tulisannya masih menjadi rujukan di Universitas Al Azhar dan universitas lainnya Dan Burung Merak Indonesia , pujangga W.S. Rendra mementaskan drama tari Barzanji ditahun 70-an,yang mengharu biru para muslimin dan muslimat. enyoh...
Langganan:
Postingan (Atom)